NGAWI, – Program Makanan Bergizi (MBG) yang seharusnya menyehatkan justru berubah menjadi bencana masal di Kecamatan Mantingan, Ngawi.
Insiden keracunan yang menghantam ratusan siswa dan santri pada Kamis (4/12/2025) bukan lagi sekadar musibah, melainkan indikasi serius adanya kelalaian fatal dalam pengawasan kualitas pangan bagi generasi muda.
Data sementara menunjukkan skala krisis yang mengerikan. Ratusan korban, mayoritas anak-anak dan remaja, dari Pondok Ansorusunnah (67 orang) dan Pondok Miftahul Jannah (81 orang) terpaksa dilarikan ke RSUD Mantingan dan RS Sragen.
“Setidaknya 23 pasien kini mendapat perawatan intensif. Ini adalah tragedi yang memalukan! Bagaimana makanan yang didanai negara untuk gizi anak-anak bisa berubah menjadi racun mematikan,” kritik keras salah seorang wali murid yang enggan namanya disebutkan demi keamanan.
Perlu diketahui publik, sesuai data serta informasi yang dihimpun, Menu yang diduga menjadi biang kerok telur bulat, tahu, dan sayur buncis kini dicurigai sebagai senjata biologis tersembunyi yang dilewatkan oleh pengawasan berstandar rendah.
Oleh karena itu, saat sampel muntahan dan sisa makanan dikirim ke laboratorium, publik tidak ingin lagi menunggu hasil basi. Transparansi penuh dan pertanggungjawaban pidana adalah harga mati.
Akibatnya tidak sedikit wali murid yang menuntut aparat penegak hukum segera turun tangan untuk Usut tuntas siapa penyedia makanan, siapa oknum pengawas yang makan gaji buta.
“Serta siapa yang bertanggung jawab atas dugaan kelalaian serius yang hampir merenggut nyawa anak-anak kami!,” tuntut seorang wali murid lain dengan nada berapi-api pada wartawan media ini.
Sementara Kasus keracunan ini harus menjadi tamparan keras bagi seluruh pejabat yang terlibat. Jangan biarkan insiden ini hanya berakhir di meja laporan, tetapi harus diselesaikan di meja hijau!
















