Bojonegoro – Anggota DPRD Kabupaten Bojonegoro sekaligus Majelis Pembina Kesehatan Umum (MPKU) RSM Kalitidu, Wahid Anshori, menegaskan bahwa Jamaah Tani Muhammadiyah (JATAM) hadir sebagai gerakan dakwah dan pemberdayaan ekonomi di sektor pertanian. JATAM diinisiasi untuk mewujudkan petani mandiri, sejahtera, dan berdaya saing dengan mengedepankan teknologi ramah lingkungan seperti pupuk biosaka dan N Level 1.
Dalam kegiatan silaturahmi dan diskusi bersama para petani Muhammadiyah di Aula RSM Kalitidu, Selasa (28/10/2025), Wahid menyampaikan bahwa JATAM tidak sekadar organisasi tani, tetapi merupakan gerakan moral dan sosial-ekonomi yang menempatkan petani sebagai subjek utama dalam pembangunan bangsa.
> “Petani bukan objek, tapi pelaku utama perubahan. Melalui JATAM, kita dorong petani untuk mandiri dalam pupuk, mandiri dalam benih, dan mandiri dalam pengelolaan hasil pertaniannya,” tegas Wahid.
Ia menjelaskan, penggunaan pupuk biosaka dan N Level 1 adalah langkah strategis untuk menekan biaya produksi sekaligus menjaga kesuburan tanah. Menurutnya, pendekatan ini bukan hanya efisien, tetapi juga mencerminkan nilai-nilai keberlanjutan dan kemandirian yang menjadi prinsip Muhammadiyah dalam mengelola sumber daya alam.
> “Biosaka dan N Level 1 terbukti mampu meningkatkan hasil panen dengan cara yang alami, tanpa merusak ekosistem. Inilah inovasi yang sejalan dengan spirit Islam berkemajuan—memuliakan bumi dan manusia,” ujar Wahid.
Selain fokus pada produksi pertanian, JATAM juga menjadi wadah pembinaan spiritual, sosial, dan ekonomi bagi petani Muhammadiyah. Melalui sinergi antara Majelis Pemberdayaan Masyarakat (MPM), MPKU, dan Amal Usaha Muhammadiyah lainnya, gerakan ini diharapkan mampu menghadirkan pertanian yang sehat dan mensejahterakan.
> “Kemandirian petani tidak hanya soal ekonomi, tapi juga kesehatan dan spiritualitas. Petani yang kuat fisiknya, jernih pikirannya, dan berakhlak baik akan menjadi penopang utama ketahanan pangan bangsa,” tambahnya.
Wahid menegaskan bahwa JATAM di Bojonegoro akan terus diperkuat melalui pendidikan teknis, pelatihan pembuatan biosaka, dan pendampingan usaha tani terpadu. Ia juga mengajak generasi muda untuk ikut terlibat dalam inovasi pertanian yang berkeadilan dan berkelanjutan.
> “Inilah saatnya kita buktikan bahwa petani Muhammadiyah bisa maju dengan ilmunya sendiri. JATAM adalah bukti nyata semangat dakwah dalam tindakan, untuk kesejahteraan umat dan kemuliaan petani,” pungkas Wahid.












