Bojonegoro – Sebuah SMA PGRI Ngasem, yang berada didesa Kolong, Kecamatan Ngasem, Kabupaten Bojonegoro, menjadi sorotan setelah ditemukan kejanggalan dalam laporan jumlah siswa.
Meski administrasi sekolah menunjukkan data siswa yang aktif, kenyataannya hanya satu hingga dua siswa yang terlihat hadir. Kondisi ini memunculkan dugaan manipulasi data demi tetap menerima dana operasional dari pemerintah.
Seorang warga sekitar, yang inisialnya tidak ingin diketahui, mengatakan, “Sekolah ini seperti kosong. Kalau ada aktivitas, paling cuma satu dua siswa. Kadang kadang tidak ada kegiatan disekolah.” terangnya.
Kondisi fisik sekolah yang terkesan tidak terawat, minim aktivitas, dan jarang terlihat kegiatan belajar-mengajar membuat publik mempertanyakan kredibilitas pengelolaannya.
Namun, upaya konfirmasi kepada pihak Cabang Dinas Pendidikan propinsi jawa timur di Bojonegoro, tak membuahkan hasil. Beberapa kali dihubungi, dinas terkait memilih bungkam. Sikap ini memicu kritik dari masyarakat yang menilai ada pembiaran terhadap dugaan penyimpangan tersebut.
Awak media saat menemui Suwondo, kepala sekolah SMA PGRI Ngasem, menjelaskan,” ya gimana lagi mas, siswanya susah diatur, kita sudah berupaya semaksimal mungkin, pihak pengawas sekolah juga sudah saya kasih tahu, kalau seumpama sekolahan ini ditutup saya juga sudah siap mas,” jelasnya.
Publik kini menunggu tindakan tegas dari pemerintah daerah dan dinas terkait. Jika terbukti ada penyimpangan, izin operasional sekolah ini bisa dicabut. Kasus ini diharapkan menjadi pelajaran penting untuk meningkatkan transparansi dan pengawasan dalam pengelolaan pendidikan.
(Tim )